Republik Indonesia disingkat
RI atau
Indonesia adalah negara di Asia Tenggara, yang dilintasi garis khatulistiwa dan berada di antara benua Asia dan Australia serta antara Samudra Pasifik dan Samudra Hindia. Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari 13.487 pulau,
[5][6] oleh karena itu ia disebut juga sebagai Nusantara.
[7] Dengan populasi sebesar 237 juta jiwa pada tahun 2010,
[8] Indonesia adalah negara berpenduduk terbesar keempat di dunia dan negara yang berpenduduk Muslim terbesar di dunia, meskipun secara resmi bukanlah negara Islam. Bentuk pemerintahan Indonesia adalah republik, dengan Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah dan Presiden yang dipilih langsung.
Ibukota negara ialah Jakarta. Indonesia berbatasan darat dengan Malaysia di Pulau Kalimantan, dengan Papua Nugini di Pulau Papua dan dengan Timor Leste di Pulau Timor. Negara tetangga lainnya adalah Singapura, Filipina, Australia, dan wilayah persatuan Kepulauan Andaman dan Nikobar di India.
Sejarah Indonesia banyak dipengaruhi oleh bangsa lainnya. Kepulauan
Indonesia menjadi wilayah perdagangan penting setidaknya sejak abad
ke-7, yaitu ketika Kerajaan Sriwijaya di Palembang menjalin hubungan agama dan perdagangan dengan Tiongkok dan India. Kerajaan-kerajaan Hindu dan Buddha telah tumbuh pada awal abad Masehi, diikuti para pedagang yang membawa agama Islam, serta berbagai kekuatan Eropa yang saling bertempur untuk memonopoli perdagangan rempah-rempah Maluku semasa era penjelajahan samudra. Setelah berada di bawah penjajahan Belanda, Indonesia yang saat itu bernama Hindia-Belanda menyatakan kemerdekaannya di akhir Perang Dunia II.
Selanjutnya Indonesia mendapat berbagai hambatan, ancaman dan tantangan
dari bencana alam, korupsi, separatisme, proses demokratisasi dan
periode perubahan ekonomi yang pesat.
Dari Sabang sampai Merauke, Indonesia terdiri dari berbagai suku, bahasa dan agama yang berbeda. Suku Jawa adalah grup etnis terbesar dengan populasi mencapai 41,7% dari seluruh penduduk Indonesia.
[9] Semboyan nasional Indonesia,
"Bhinneka tunggal ika"
("Berbeda-beda tetapi tetap satu"), berarti keberagaman yang membentuk
negara. Selain memiliki populasi padat dan wilayah yang luas, Indonesia
memiliki wilayah alam yang mendukung tingkat keanekaragaman hayati terbesar kedua di dunia.
Indonesia juga anggota dari PBB dan satu-satunya anggota yang pernah keluar dari PBB, yaitu pada tanggal 7 Januari 1965, dan bergabung kembali pada tanggal 28 September 1966 dan Indonesia tetap dinyatakan sebagai anggota yang ke-60, keanggotaan yang sama sejak bergabungnya Indonesia pada tanggal 28 September 1950. Selain PBB, Indonesia juga merupakan anggota dari ASEAN, APEC, OKI, G-20 dan akan menjadi anggota dari OECD.
Berikut 10 besar pulau-pulau terluas yang berada di Indonesia dan sebagian termasuk wilayah negara tetangga.
Urutan |
Nama Pulau |
Luas (km ²) |
Negara |
1 |
Papua |
785.753 |
Indonesia, Papua Nugini |
2 |
Borneo/Kalimantan |
748.168 |
Indonesia, Malaysia, Brunei |
3 |
Sumatera |
443.066 |
Indonesia |
4 |
Sulawesi |
180.681 |
Indonesia |
5 |
Jawa |
138.794 |
Indonesia |
6 |
Timor |
28.418 |
Indonesia, Timor Leste |
7 |
Halmahera |
18.040 |
Indonesia |
8 |
Seram |
17.454 |
Indonesia |
9 |
Sumbawa |
14.386 |
Indonesia |
10 |
Flores |
14.154 |
Indonesia |
Indonesia negara yang banyak terdapat wisata-wisata yang indah di mata dunia.
berikut saya akan menceritakan salah satu pulau di indonesia yaitu pulau Sumatera........
Sumatera
Sumatera atau
Sumatra adalah
pulau keenam terbesar di dunia yang terletak di Indonesia, dengan luas 443.065,8 km
2. Penduduk pulau ini sekitar 42.409.510 jiwa (2000). Pulau ini dikenal pula dengan nama lain yaitu
Pulau Percha,
Andalas, atau
Suwarnadwipa (bahasa Sanskerta, berarti "pulau emas"). Kemudian pada Prasasti Padang Roco tahun 1286 dipahatkan
swarnnabhūmi (bahasa Sanskerta, berarti "tanah emas") dan
bhūmi mālayu ("Tanah Melayu") untuk menyebut pulau ini. Selanjutnya dalam naskah Negarakertagama dari abad ke-14 juga kembali menyebut "Bumi Malayu" (Melayu) untuk pulau ini.
Asal nama Sumatera berawal dari keberadaaan Kerajaan Samudera (terletak di pesisir timur Aceh). Diawali dengan kunjungan Ibnu Batutah, petualang asal Maroko ke negeri tersebut pada tahun 1345, dia melafalkan kata
Samudera menjadi
Samatrah, dan kemudian menjadi
Sumatra atau
Sumatera, selanjutnya nama ini tercantum dalam peta-peta abad ke-16 buatan Portugis, untuk dirujuk pada pulau ini, sehingga kemudian dikenal meluas sampai sekarang.
Nama asli Sumatera, sebagaimana tercatat dalam sumber-sumber sejarah dan cerita-cerita rakyat, adalah "Pulau Emas". Istilah
Pulau Ameh (bahasa Minangkabau, berarti pulau emas) kita jumpai dalam cerita Cindua Mato dari Minangkabau. Dalam cerita rakyat Lampung tercantum nama tanoh mas untuk menyebut pulau Sumatera. Seorang musafir dari Cina yang bernama I-tsing (634-713), yang bertahun-tahun menetap di Sriwijaya (Palembang sekarang) pada abad ke-7, menyebut Sumatera dengan nama
chin-chou yang berarti "negeri emas".
Dalam berbagai prasasti, Sumatera disebut dalam bahasa Sanskerta dengan istilah:
Suwarnadwipa ("pulau emas") atau
Suwarnabhumi ("tanah emas"). Nama-nama ini sudah dipakai dalam naskah-naskah India sebelum Masehi. Naskah Buddha yang termasuk paling tua, Kitab Jataka, menceritakan pelaut-pelaut India menyeberangi Teluk Benggala ke Suwarnabhumi. Dalam cerita Ramayana dikisahkan pencarian Dewi Sinta, istri Rama yang diculik Rahwana, sampai ke Suwarnadwipa.
Para musafir Arab menyebut Sumatera dengan nama "Serendib" (tepatnya:
"Suwarandib"), transliterasi dari nama Suwarnadwipa. Abu Raihan
Al-Biruni, ahli geografi Persia
yang mengunjungi Sriwijaya tahun 1030, mengatakan bahwa negeri
Sriwijaya terletak di pulau Suwarandib. Namun ada juga orang yang
mengidentifikasi Serendib dengan Srilangka, yang tidak pernah disebut Suwarnadwipa.
Di kalangan bangsa Yunani purba, Sumatera sudah dikenal dengan nama
Taprobana. Nama
Taprobana Insula telah dipakai oleh Klaudios Ptolemaios, ahli geografi Yunani abad kedua Masehi, tepatnya tahun 165, ketika dia menguraikan daerah Asia Tenggara
dalam karyanya Geographike Hyphegesis. Ptolemaios menulis bahwa di
pulau Taprobana terdapat negeri Barousai. Mungkin sekali negeri yang
dimaksudkan adalah Barus di pantai barat Sumatera, yang terkenal sejak
zaman purba sebagai penghasil kapur barus.
Naskah Yunani tahun 70, Periplous tes Erythras Thalasses,
mengungkapkan bahwa Taprobana juga dijuluki chryse nesos, yang artinya
‘pulau emas’. Sejak zaman purba para pedagang dari daerah sekitar Laut
Tengah sudah mendatangi Nusantara, terutama Sumatera. Di samping mencari emas, mereka mencari kemenyan (
Styrax sumatrana) dan kapur barus (
Dryobalanops aromatica)
yang saat itu hanya ada di Sumatera. Sebaliknya, para pedagang
Nusantara pun sudah menjajakan komoditi mereka sampai ke Asia Barat dan
Afrika Timur, sebagaimana tercantum pada naskah
Historia Naturalis karya Plini abad pertama Masehi.
Dalam kitab umat Yahudi, Melakim (Raja-raja), fasal 9, diterangkan bahwa Nabi Sulaiman
a.s. raja Israil menerima 420 talenta emas dari Hiram, raja Tirus yang
menjadi bawahan beliau. Emas itu didapatkan dari negeri Ofir. Kitab
Al-Qur’an, Surat Al-Anbiya’ 81, menerangkan bahwa kapal-kapal Nabi Sulaiman berlayar ke “tanah yang Kami berkati atasnya” (al-ardha l-lati barak-Na fiha).
Banyak ahli sejarah yang berpendapat bahwa negeri Ophir
itu terletak di Sumatera. Perlu dicatat, kota Tirus merupakan pusat
pemasaran barang-barang dari Timur Jauh. Ptolemaios pun menulis
Geographike Hyphegesis
berdasarkan informasi dari seorang pedagang Tirus yang bernama Marinus.
Dan banyak petualang Eropa pada abad ke-15 dan ke-16 mencari emas ke
Sumatera dengan anggapan bahwa di sanalah letak negeri Ofir Nabi
Sulaiman a.s.
Samudera menjadi Sumatera
Kata yang pertama kali menyebutkan nama
Sumatra berasal dari gelar seorang raja Sriwijaya
Haji (raja)
Sumatrabhumi ("Raja tanah Sumatra"), berdasarkan berita China ia mengirimkan utusan ke China pada tahun 1017. Pendapat lain menyebutkan nama Sumatera berasal dari nama Samudera, kerajaan di Aceh pada abad ke-13 dan abad ke-14. Para musafir Eropa sejak abad ke-15 menggunakan nama kerajaan itu untuk menyebut seluruh pulau. Sama halnya dengan pulau Kalimantan yang disebut
Borneo, dari nama Brunai, daerah bagian utara pulau itu yang mula-mula didatangi orang Eropa. Demikian pula pulau Lombok tadinya bernama Selaparang, sedangkan Lombok adalah nama daerah di pantai timur pulau Selaparang yang mula-mula disinggahi pelaut Portugis.
Peralihan Samudera (nama kerajaan) menjadi Sumatera (nama pulau) menarik untuk ditelusuri. Odorico da Pordenone
dalam kisah pelayarannya tahun 1318 menyebutkan bahwa dia berlayar ke
timur dari Koromandel, India, selama 20 hari, lalu sampai di kerajaan
Sumoltra. Ibnu Bathutah bercerita dalam kitab Rihlah ila l-Masyriq
(Pengembaraan ke Timur) bahwa pada tahun 1345 dia singgah di kerajaan
Samatrah. Pada abad berikutnya, nama negeri atau kerajaan di Aceh itu
diambil alih oleh musafir-musafir lain untuk menyebutkan seluruh pulau.
Pada tahun 1490
Ibnu Majid membuat peta daerah sekitar Samudera Hindia dan di sana
tertulis pulau "Samatrah". Peta Ibnu Majid ini disalin oleh Roteiro
tahun 1498 dan muncullah nama "Camatarra". Peta buatan Amerigo Vespucci tahun 1501 mencantumkan nama "Samatara", sedangkan peta Masser tahun 1506 memunculkan nama "Samatra". Ruy d’Araujo tahun 1510 menyebut pulau itu "Camatra", dan Alfonso Albuquerque tahun 1512 menuliskannya "Camatora". Antonio Pigafetta tahun 1521
memakai nama yang agak ‘benar’: "Somatra". Tetapi sangat banyak catatan
musafir lain yang lebih ‘kacau’ menuliskannya: "Samoterra", "Samotra",
"Sumotra", bahkan "Zamatra" dan "Zamatora".
Catatan-catatan orang Belanda dan Inggris, sejak Jan Huygen van Linschoten dan Sir Francis Drake
abad ke-16, selalu konsisten dalam penulisan Sumatera. Bentuk inilah
yang menjadi baku, dan kemudian disesuaikan dengan lidah Indonesia:
Sumatera
Penduduk
Secara umum, pulau Sumatera didiami oleh bangsa Melayu, yang terbagi ke dalam beberapa suku. Suku-suku besar ialah Aceh, Batak, Melayu, Minangkabau,Besemah, Suku Rejang, Ogan, Komering, dan Lampung. Di wilayah pesisir timur Sumatera dan di beberapa kota-kota besar seperti Medan, Palembang, dan Pekanbaru, banyak bermukim etnis Tionghoa.
Penduduk pulau Sumatera hanya terkonsentrasi di wilayah Sumatera Timur
dan dataran tinggi Minangkabau. Mata pencaharian penduduk Sumatera
sebagian besar sebagai petani, nelayan, dan pedagang.
Penduduk Sumatera mayoritas beragama Islam dan sebagian kecil merupakan penganut ajaran Kristen Protestan, terutama di wilayah Tapanuli
dan Toba-Samosir, Sumatera Utara. Di wilayah perkotaan, seperti Medan,
Pekanbaru, Batam, Pangkal Pinang dan Palembang, dijumpai beberapa orang
penganut Buddha.
Transportasi
Kota-kota di pulau Sumatera dihubungkan oleh tiga ruas jalan lintas,
yakni lintas tengah, lintas timur, dan lintas barat, yang melintang dari
utara - selatan Sumatera. Selain itu terdapat pula ruas jalan yang
melintang dari barat - timur, seperti ruas Bengkulu - Palembang, Padang - Jambi, serta Padang - Dumai.
Di beberapa bagian pulau Sumatera, kereta api merupakan sarana
transportasi alternatif. Di bagian selatan, jalur kereta api bermula
dari pelabuhan Panjang (Lampung) hingga Lubuk Linggau dan Palembang (Sumatera Selatan). Di tengah pulau Sumatera, jalur kereta api hanya terdapat di Sumatera Barat. Jalur ini menghubungkan antara kota Padang dengan Sawah Lunto dan kota Padang dengan kota Pariaman. Semasa kolonial Belanda hingga tahun 2001,
jalur Padang - Sawah Lunto dipergunakan untuk pengangkutan batu bara.
Tetapi semenjak cadangan batu bara di Ombilin mulai menipis, maka jalur
ini tidak berfungsi lagi. Sejak akhir tahun 2006, pemerintah provinsi Sumatera Barat, kembali mengaktifkan jalur ini sebagai jalur kereta wisata.
Di utara Sumatera, jalur kereta api membentang dari kota Medan sampai ke kota Tebing Tinggi. Pada jalur ini, kereta api dipergunakan sebagai sarana pengangkutan kelapa sawit dan penumpang.
Penerbangan internasional dilayani dari Banda Aceh (Bandar Udara Internasional Sultan Iskandar Muda), Medan (Bandar Udara Internasional Polonia), Padang (Bandara Internasional Minangkabau, dan Palembang (Bandar Udara Internasional Sultan Mahmud Badaruddin II). Sedangkan pelabuhan kapal laut ada di Belawan (Medan), Teluk Bayur (Padang), dan Bakauheni (Lampung).
Ekonomi
Pulau Sumatera merupakan pulau yang kaya dengan hasil bumi. Dari lima
provinsi kaya di Indonesia, tiga provinsi terdapat di pulau Sumatera,
yaitu provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, Riau dan Sumatera Selatan.
Hasil-hasil utama pulau Sumatera ialah kelapa sawit, tembakau, minyak
bumi, timah, bauksit, batu bara dan gas alam. Hasil-hasil bumi tersebut
sebagian besar diolah oleh perusahaan-perusahaan asing, seperti misalnya
PT Caltex yang mengolah minyak bumi di provinsi Riau.
Tempat-tempat penghasil barang tambang ialah :
- Arun (NAD), menghasilkan gas alam.
- Pangkalan Brandan (Sumatera Utara), menghasilkan minyak bumi
- Duri, Dumai, dan Bengkalis (Riau), menghasilkan minyak bumi
- Tanjung Enim (Sumatera Selatan), menghasilkan batu bara
- Plaju dan Sungai Gerong (Sumatera Selatan), menghasilkan minyak bumi
- Tanjung Pinang (Kepulauan Riau), menghasilkan bauksit
- Indarung (Sumatera Barat), menghasilkan semen
- Sawahlunto (Sumatera Barat), menghasilkan batubara
Beberapa kota di pulau Sumatera, juga merupakan kota perniagaan yang cukup penting. Medan
kota terbesar di pulau Sumatera, merupakan kota perniagaan utama di
pulau ini. Banyak perusahaan-perusahaan besar nasional yang berkantor
pusat di sini.
Geografis
Pulau Sumatera terletak di bagian barat gugusan kepulauan Nusantara. Di sebelah utara berbatasan dengan Teluk Benggala, di timur dengan Selat Malaka, di sebelah selatan dengan Selat Sunda, dan di sebelah barat dengan Samudra Hindia. Di sebelah timur pulau, banyak dijumpai rawa yang dialiri oleh sungai-sungai besar yang bermuara di sana, antara lain Asahan (Sumatera Utara), Sungai Siak (Riau), Kampar, Inderagiri (Sumatera Barat, Riau), Batang Hari (Sumatera Barat, Jambi), Musi, Ogan, Lematang, Komering (Sumatera Selatan), dan Way Sekampung (Lampung). Sementara beberapa sungai yang bermuara ke pesisir barat pulau Sumatera diantaranya Batang Tarusan (Sumatera Barat), dan Ketahun (Bengkulu).
Di bagian barat pulau, terbentang pegunungan Bukit Barisan yang membujur dari utara hingga selatan. Sepanjang bukit barisan terdapat gunung-gunung berapi yang masih aktif, seperti Geureudong (Aceh), Sinabung (Sumatera Utara), Marapi, Talang (Sumatera Barat), Gunung Kaba (Bengkulu), dan Kerinci (Sumatera Barat, Jambi). Di pulau Sumatera juga terdapat beberapa danau, di antaranya Danau Laut Tawar (Aceh), Danau Toba (Sumatera Utara), Danau Singkarak, Danau Maninjau, Danau Diatas, Danau Dibawah, Danau Talang (Sumatera Barat), Danau Kerinci (Jambi) dan Danau Ranau (Lampung dan Sumatera Selatan).
Daftar gunung di Sumatera
- Gunung Dempo (3.159 m)
- Gunung Kerinci (3.805 m)
- Gunung Leuser (3.172 m)
- Gunung Marapi (2.891,3 m)
- Gunung Perkison (2.300 m)
- Gunung Pesagi (2.262 m)
- Gunung Rajabasa (1.281 m)
- Gunung Daik (1.165 m)
- Gunung Sekincau (1.718 m)
- Gunung Seulawah Agam (1.726 m)
- Gunung Sibayak (2.212 m)
- Gunung Singgalang (2.877 m)
- Gunung Talamau (2.912 m)
- Gunung Tandikat (2.438 m)
- Gunung Tanggamus (1.162 m)
- Gunung Seminung (1.881 m)
Provinsi di Sumatera
- Sumatera Utara
- Sumatera Selatan
- Sumatera Barat
- Riau
- Jambi
- Aceh
- Lampung
- Bengkulu
- Kepulauan Bangka Belitung
- Kepulauan Riau
Kota besar
Berikut 10 kota besar di Sumatera berdasarkan jumlah populasi tahun 2009.
1 |
Medan, Sumatera Utara |
2,618,645 |
2 |
Palembang, Sumatera Selatan |
1,471,855 |
3 |
Batam, Kepulauan Riau |
1,137.894 |
4 |
Padang, Sumatera Barat |
960,184 |
5 |
Bandar Lampung, Lampung |
956,593 |
6 |
Pekanbaru, Riau |
763,275 |
7 |
Jambi, Jambi |
454,686 |
8 |
Bengkulu, Bengkulu |
373,243 |
9 |
Banda Aceh, Aceh |
287,769 |
10 |
Pematang Siantar, Sumatera Utara |
209,568 |
kalo kalian ingin melihat bunga terbesar di dunia mampirlah ke sumatera tepatnya di bengkulu,kabupaten bengkulu tengah
...
kalian akan melihat bunga terbesar di dunia rafflesia arnoldi
theo dhita.promo kampung halaman hiihiihihhii.....
Pulau indonesia yang berbatasan langsung dengan negara luar salah satu nya adalah kalimantan yg tepat nya di kalimantan utara.
Kalimantan Utara
Kalimantan Utara adalah sebuah provinsi di Indonesia yang terletak di bagian utara Pulau Kalimantan. Provinsi ini berbatasan langsung dengan negara tetangga, yaitu Negara Bagian Sabah dan Serawak, Malaysia Timur.
Saat ini, Kalimantan Utara merupakan provinsi termuda Indonesia, resmi disahkan menjadi provinsi dalam rapat paripurna DPR pada tanggal 25 Oktober 2012 berdasarkan Undang-undang Nomor 20 Tahun 2012.
[1]
Infrastruktur pemerintahan Kalimantan Utara masih dalam proses
persiapan yang direncanakan akan berlangsung paling lama dalam 1 tahun.
Sejarah
Dalam sejarahnya negeri-negeri di bagian utara pulau Kalimantan, yang meliputi Sarawak, Brunei dan sebagian besar Sabah adalah wilayah mandala negara Kesultanan Brunei yang berbatasan dengan mandala negara Kerajaan Berau.
Sejak masa Hindu hingga masa sebelum terbentuknya Kesultanan Bulungan,
daerah yang sekarang menjadi wilayah provinsi Kalimantan Utara hingga
daerah Kinabatangan di Sabah merupakan wilayah mandala negara Berau yang dinamakan Nagri Marancang.Namun belakangan sebagian utara Nagri Marancang (alias Sabah bagian
Timur) terlepas dari Berau karena diklaim sebagai wilayah mandala
Brunei, kemudian oleh Brunei dihadiahkan kepada Kesultanan Sulu dan Suku Suluk mulai bermukim di sebagian wilayah tersebut.
Kemudian kolonial Inggris menguasai sebelah utara Nagri Marancang dan
Belanda menguasai sebelah selatan Nagri Marancang (sekarang provinsi
Kaltara).
Wilayah yang menjadi propinsi Kalimantan Utara merupakan bekas wilayah Kesultanan Bulungan
dan Kerajaan Tidung. Kedua-duanya, yaitu negeri Kesultanan Bulungan dan
negeri Kerajaan Tidung merupakan bekas daerah bagian milik dari negara
Berau yang telah melepaskan diri, namun kemudian menjadi daerah
perluasan pengaruh Kesultanan Sulu. Namun Kerajaan Berau menurut Hikayat Banjar termasuk salah satu vazal atau negara bagian di dalam mandala negara Kesultanan Banjar sejak zaman dahulu kala, ketika Kesultanan Banjar masih bernama Kerajaan Negara Dipa (masa Hindu). Sampai tahun 1850, negeri Bulungan dan negeri Tidung masih diklaim sebagai negeri bawahan dalam mandala negara Kesultanan Sulu [bekas bawahan Brunei].
Namun dalam tahun 1853, negeri Bulungan dan negeri Tidung sudah
dimasukkan dalam wilayah Hindia Belanda atau kembali menjadi bagian dari
Berau.
Walaupun belakangan negeri Bulungan dibawah kekuasaan Pangeran dari
Brunei dan negeri Tidung dibawah kekuasaan menantu Raja Tidung yang
merupakan Pangeran dari Sulu, namun kedua negeri tersebut masih tetap
termasuk dalam mandala negara Berau. Berdasarkan perjanjian antara
negara Kesultanan Banjar dengan VOC Belanda yang dibuat pada tanggal 13 Agustus 1787 dan 4 Mei 1826,
maka secara hukum negara Kesultanan Banjar menjadi daerah protektorat
VOC Belanda dan beberapa daerah bagian dan negara bagian yang diklaim
sebagai bekas vazal
Banjar diserahkan sebagai properti VOC Belanda, maka Kompeni Belanda
membuat batas-batas wilayahnya di Borneo (Kalimantan) berdasarkan
perjanjian tersebut yaitu wilayah paling barat adalah negara bagian Sintang, daerah bagian Lawai dan daerah bagian Jelai (bagian dari negara bagian Kotawaringin) sedangkan wilayah paling timur adalah negara bagian Berau. Negara bagian Berau meliputi negeri kesultanan Gunung Tabur, negeri kesultanan Tanjung/Sambaliung, negeri kesultanan Bulungan & distrik Tidung alias mantan Kerajaan Tidung yang dihapuskan tahun 1916. Berdasarkan peta Hindia Belanda tahun 1878
saat itu menunjukkan posisi perbatasan jauh lebih ke utara dari
perbatasan Kaltara-Sabah hari ini, karena mencakupi semua perkampungan suku Tidung yang ada di wilayah Tawau.
Proses pemekaran Kalimantan Utara menjadi suatu provinsi terpisah dari Kalimantan Timur telah dimulai pada tahun 2000-an.Setelah melalui proses panjang, pembentukan provinsi Kalimantan Utara
akhirnya disetujui dalam rapat paripurna DPR pada tanggal 25 Oktober
2012.
sumber:wikipedia.org